RSS

Pages

Resensi Film Indonesia

Surat Kecil  Untuk Tuhan


            Film yang rilis di bulan Juli 2011 ini diangkat dari kisah nyata seorang remaja bernama Gita Sesa Wanda Cantika yang sering dipanggil Keke ini awalnya adalah sebuah novel yang ditulis oleh Agnes Denovar yang terbit pada tahun 2008. Kemudian di keluarkan dalam sebuah film yang berdurasi selama 105 menit oleh rumah produksi Skylar Pictures dan disutradarai oleh Harris Nizam. Keke diperankan apik oleh Dinda Hauw. Kisah yang menyentuh ini merupakan sebuah inspirasi kehidupan. Bagaimana seorang gadis kecil mampu berjuang dengan begitu hebatnya, hingga di detik - detik kematiannya. 


Awalnya, Keke yang berusia 13 tahun ini hidupnya tampak sempurna, disayang oleh orang tua dan dua orang kakak lelakinya dalam kondisi ekonomi yang dapat dikatakan berkecukupan serta memiliki enam sahabat dekat yang kompak dan kekasih bernama Andy (Esa Sigit). Namun ternyata kenyataan pahit harus diterima Keke. Keke mengidap pe yakit yang disebut Rhabdomyosarcoma pertama di Indonesia, yaitu kanker ganas yang menyerang jaringan lunak dan sudah berada di stadium 3. Kanker tersebut berkembang sangat pesat setiap 5 hari dan mengganggu penglihatan dan aktivitas Keke sehari-hari.
Keke sering mimisan, sulit bernapas dan matanya memerah lalu berair dan lama kelamaan ada benjolan yang semakin hari semakin besar di bawah kelopak mata bagian kiri. Keke tampak buruk sekali, kecantikannya hilang. Walau begitu, ia tetap ingin ikut ujian sekolah. Kegigihannya dalam menjalani kehidupan ini yang membuat Ibu Megawati memberikan penghargaan sebagai ‘Siswi Teladan’.
Ketabahan dan kesebaran Keke mendapat hadiahnya, karena dokter akhirnya menyatakan Keke sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa, ia dan Andy juga kembali seperti dulu. Tapi ternyata kisah Keke tidak berhenti sampai disini. Kanker kembali menyerang lebih parah setahun berikutnya. Bahkan kanker itu menyerang saat ia dan teman-tean nya sedang mempersiapkan diri untuk ikut lomba dance antar sekolah. Keke tahu ia makin lemah, tapi Keke tak ingin tampak kalah, dan ia berusaha selalu tegar dan gigih melawan penyakitnya demi keluarga yang dicintainya dan sahabat-sahabatnya yang setia. Ada adegan yang membuat penonton menahan haru, yaitu ketika teman-teman Keke berada di panggung dan Keke menyaksikan dari kursi rodanya di temani kakaknya.
Ibunya jadi sering meluangkan waktunya untuk Keke, sampai pada akhirnya ketika ia dirumah sakit dan kondisi nya sudah sangat kritis. Di sekelilingnya ada dua orang kakaknya, ayah dan ibunya. Dengan bahasa isyarat ia mengingkan empat orang itu kembali bersatu seperti ketika masih kecil. Akhirnya Keke meninggalkan orang-orang yang mencintainya dan dicintainya dengan damai.



            Sang sutradara pintar sekali dalam mengartikan kata demi kata dari novel ke dalam cerita yang menarik. Meskipun di tengah-tengah cerita sedikit membosankan. Pada saat memasuki mau akhir-akhir cerita, disaat-saat itulah kisah inspiratif mengenai semangat-semangat hidup dimulai. Dan juga totalitas peran yang dimainkan oleh Dinda Hauw patut di beri applause. Dia begitu pintar memainkan sesosok Keke yang sedang menderita melawan penyakitnya. Sedangkan para pemain lainnya tampak tidak berhasil memainkan peran masing-masing. Contohnya : dalam memerankan peran sahabat Keke, pemain tampak kurang menghayati dalam memainkan peran tersebut. Terlihat dari cara aktingnya masih kaku dan setiap ekspresinya cenderung dibuat-buat.
                Secara keseluruhan, film ini layak untuk ditonton oleh remaja maupun orang dewasa dan banyak sekali pelajaran – pelajaran yang patut kita petik dari setiap adegan didalam film tersebut. Sebagai contohnya adalah perjuangan Keke dalam melawan penyakit dapat menginspirasi kita semua dalam menjalani kehidupan ini.

1 komentar:

Miliana mengatakan...

bagus banget film ini suka deh

hambagu

Posting Komentar